Analisis Degradasi Penutup Hutan Di Perkotaan Menggunakan Model Forest Canopy Density Studi Kasus : Kota Bandar Lampung
DOI:
https://doi.org/10.31315/jmel.v3i2.3057Abstract
Salah satu faktor utama terjadinya perubahan iklim yang sedang berlangsung saat ini adalah akibat emisi yang ditimbulkan oleh degradasi hutan, yaitu mencapai sekitar 20% dari seluruh emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Di Indonesia, degradasi hutan salah satunya banyak terjadi di kawasan perkotaan, tak terkecuali di Kota Bandar Lampung. Mengingat peran hutan yang begitu vital, banyak bidang-bidang keilmuan yang diaplikasikan untuk mengamati fenomena degradasi hutan, tak terkecuali teknologi penginderaan jauh (inderaja). Salah satu metode pengolahan citra yang sering diaplikasikan untuk mengamati hutan adalah model Forest Canopy Density (FCD). FCD merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Atsushi Rikimaru untuk keperluan analisis dan pemantauan perkembangan hutan secara kuantitatif. Dari hasil pengolahan data dan analisis, antara rentang tahun 2009 hingga tahun 2015, Kota Bandar Lampung mengalami degradasi hutan sebesar 1002,75 ha. Meskipun demikian, secara keseluruhan degradasi terjadi pada kawasan budidaya yaitu mencapai 92,03%, sedangkan kawasan lindung hanya terdegradasi sebesar 7,97%. Selain itu, terdapat beberapa wilayah teridentifikasi mengalami peningkatan persentase penutup hutan, diantaranya terdapat pada kawasan hutan, permukiman dan pesisir pantai.References
A. Rikimaru, P. S. Roy, and S. Miyatake, “Tropical Forest Cover Density Mapping,”. Tropical Ecology, vol. 43, pp. 39-47, January 2002.
A. Ozbakir and A. Bannari, “Performance of TDVI in Urban Land Use/Cover Classification for Quality of Place Measurement,” in Proceedings of The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, 2008, pp. 691-694.
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung, Bandar Lampung Dalam Angka 2015, 2015.
F. F. Sabins, Remote Sensing (Principles and Interpretation 3rd Edition). Long Grove. Illinois: Waveland Press, 2007.
P. Harjasa, D. Zulkaidi, and A. S. Ekomadyo, “Pengaruh Perubahan Guna Lahan dan Intensitas Guna Lahan terhadap Kualitas Ruang Kota. In Prosiding Temu Ilmiah IPLBI, 2016, pp. 105-110.
Japan Overseas Forestry Consultants Association (1996), “Utilization of Remote Sensing in Site Assessment and Planning for Rehabilitation of Logged-Over Forest,” International Tropical Timber Organization, Project Report on PO 32/93 Rev.2 (F).
J. Siahaan, “Ruang Publik : Antara Harapan dan Kenyataan,” Buletin Tata Ruang Edisi IV, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, Juni-Juli, 2010.
Pedoman CIFOR tentang hutan, perubahan iklim dan REDD, Center for International Forestry Research, 2010.
Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
Soenarmo, S. H. (2009). Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. Bandung: ITB.
Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan
Y. Guo and F. Zeng, “Atmospheric Correction Comparison of SPOT-5 IMAGE Based on Model FLAASH and Model QUAC,” in Proceedings of 21st International Society for Photogrammetry and Remote Sensing Congress, 2012, pp. 7-11.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).