Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan pada Formasi Pulau Balang Cekungan Kutai

Aga Rizky, Ignatius Didi Setyawan, Sugeng Widada

Abstract


Abstrak - Formasi Pulau Balang merupakan salah satu formasi penghasil hidrokarbon yang terdapat pada Cekungan Kutai. Penelitian ini dilakukan pada beberapa sumur pemboran yang mempunyai data Formasi Pulau Balang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cutting dan data biostratigrafi pada Sumur X. Analisis yang dilakukan untuk menetukan lingkungan pengendapan pada penelitian ini adalah dengan melakukan interpretasi fasies menggunakan data biostratigrafi dan sifat fisik batuan menggunakan data cutting. Sampel yang digunakan pada Sumur X terdapat pada kedalaman 420 m - 2700 m, yang terdiri dari 251 sampel. Berdasarkan hasil interpretasi, didapatkan litologi berupa packstone pada kedalaman 420 m - 520 m dengan komposisi berupa fragmen koral dan fragmen bryozoan, dan beberapa foraminifera besar yang merupakan marga Operculina serta mempunyai pola kurva log gamma ray berupa funnel shape diinterpretasikan masuk dalam fasies distributary mouth bar dengan lingkungan pengendapan adalah delta front. Data biostratigrafi yang ditemukan pada kedalaman 520 m – 950 m yang mempunyai litologi berupa batupasir halus adalah pelecypod, gastropods dan bentik kecil foraminifera seperti cellanthus sp., amonia sp., dan pseudorotalia catilliformis, serta pola log berupa serrated dan bell shape diinterpretasikan termasuk dalam fasies distributary mouth bar dengan lingkungan pengendapan delta front. Interval kedalaman 960 m – 1635 m sedikit ditemukan Nannofossil pada litologi batupasir sedang brupa Cyclicargolithus abisectus dan C. Floridanus, Helicosphaera perchnielseniae, Discoaster exilis, Coronocyclus nitescens, C. Cf. Nitescens, Rhabdosphaera poculi dengan pola serrated, bell shape dan funnel shape diintepretasikan termasuk dalam fasies distributary channel dengan lingkunan pengendapan lower delta plain. Interval kedalaman 2071 m – 2210 m pada litologi batulanau ditemukan fosil foraminifera besar seperti Miogypsina sp., dan Lepidocyclina sp. dengan pola serrated, diinterpretasikan termasuk dalam fasies crevasse play yang terendapkan pada lingkungan upper delta plain. Interval kedalaman 2500 m – 2700 m ditemukan Nannoplankton yang terdiri dari Cyclicargelithus abisectus, C. Floridanus, Helicosphaera carteri, H. Esuphratis, Sphenolithus abies, Sphenolithus belemnos, dan Sphenolithus heteromorphus dengan pola funnel shape, diinterpretasikan masuk dalam fasies interdelta bay yang terendapkan pada lingkungan lower delta plain.

Kata kunci: Formasi Pulau Balang, Cekungan Kutai, distributary mouth bar, distributary channel, crevasse play, interdelta bay, delta front, lower delta plain, upper delta plain.

Abstract - The Pulau Balang Formation is one of the hydrocarbon-producing formations found in the Kutai Basin. This study was conducted on several drilling wells with data on the Pulau Balang Formation. The data used in this study are cutting data and biostratigraphy data from Well X. The analysis conducted to determine the depositional environment in this study is by interpreting the facies using biostratigraphy data and the physical properties of rocks using cutting data. The samples used in Well X are located at depths of 420 m - 2700 m, consisting of 251 samples. Based on the interpretation results, the lithology in the depth of 420 m - 520 m is packstone with a composition of coral fragments and bryozoan fragments, and some large foraminifera of the Operculina genus with a log gamma ray curve pattern of funnel shape interpreted as belonging to the distributary mouth bar facies with the depositional environment being a delta front. The biostratigraphy data found at a depth of 520 m - 950 m, which has a lithology of fine sandstone, is pelecypod, gastropods, and small benthic foraminifera such as Cellanthus sp., Ammonia sp., and Pseudorotalia catilliformis, as well as log patterns of serrated and bell shape interpreted as belonging to the distributary mouth bar facies with the depositional environment being a delta front. The depth interval of 960 m - 1635 m is slightly found Nannofossil in the lithology of medium sandstone in the form of Cyclicargolithus abisectus and C. Floridanus, Helicosphaera perchnielseniae, Discoaster exilis, Coronocyclus nitescens, C. Cf. Nitescens, and Rhabdosphaera poculi with serrated, bell shape, and funnel shape patterns are interpreted as belonging to the distributary channel facies with the depositional environment being a lower delta plain. The depth interval of 2071 m - 2210 m in the limestone lithology found large foraminifera fossils such as Miogypsina sp., and Lepidocyclina sp. with a serrated pattern, interpreted as belonging to the crevasse play facies deposited in the upper delta plain environment. The depth interval of 2500 m - 2700 m found Nannoplankton consisting of Cyclicargelithus abisectus, C. Floridanus, Helicosphaera carteri, H. Esuphratis, Sphenolithus abies, Sphenolithus belemnos, and Sphenolithus heteromorphus with a funnel shape pattern, interpreted as belonging to the interdelta bay facies deposited in the lower delta plain environment.

Keywords: Pulau Balang Formation, Kutai Basin, distributary mouth bar, distributary channel, crevasse play, interdelta bay, delta front, lower delta plain, upper delta plain.

Full Text:

PDF

References


Allen, G.P. and Chambers, J.LC., 1998. Deltaic Sediment in The Modern and Miocene Mahakam Delta, Indonesian Petroleum Association, Jakarta.

Asikin, S., 1976, Geologi Struktur Indonesia, Departemen Teknik Geologi ITB, Bandung, Indonesia.

Blow, W.H. (1969). Late Mid-Eocene to Recent Planktonic Foraminiferal Biostratigraphy. Proceedings 1st International Conference Plantonic Microfossil, Geneva 1967, 1, 199-421.

Burrus, J., Brosse, E., Choppin de janvry, G., Grosjean, Y., Oudin, J.L.,1992, Basin Modelling in The Mahakam Delta Based on the Integrated 2D Model Temispack. Indonesian Petroleum Association, 21st Annual Convention Proceeding I.

Friedman, G.M., and Sanders J.E., 1978, Principles of Sedimentology, Wiley, New York. USA.

Kusuma, I. And Darin, T., 1989. The Hydrocarbon Potential of The Lower Tanjung Formation, Barito Basin, Kalimantan Selatan, Proceedings Indonesian Petroleum Association 1989, p.107-138.

Marks, E., Sujatmiko, Samuel, L., Dhanutirto, H., Ismoyowati, T., Sidik, B.B., 1982. Cenozoic Stratigraphic Nomenclature in Kutai Basin, Kalimantan, Proceeding of Indonesian Petroleum Association, 11th Annual Convention, Jakarta, Indonesia.

Martini, E. (1971). Standard Tertiary and Quaternary Calcareous Nannoplankton Zonation. -Proc. 2nd Planktonik Conf., Rome 1970, II, 739-785.

Satyana, A.H., Nugroho, D., and Surantoko, I., 1999. Tectonic Controls on The Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutai and Tarakan Basin, Eastern Kalimantan, Indonesia; Major Dissimilarities. Journal of Asian Earth Sciences Special Issue, Vol. 17, No. 1-2, Elsevier Science, Oxford 99-120.

Van de Weerd, A., and Armin R.A., 1992. Originand Evolution of the Tertiary Hydrocarbon Bearing Basins in Kalimantan (Borneo), Indonesia. AAPG Bulletin, 76 (11), pp1778-1803.




DOI: https://doi.org/10.31315/jigp.v9i1sp.9405

DOI (PDF): https://doi.org/10.31315/jigp.v9i1sp.9405.g5221

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA