CYBER CAMPAIGN : IKLAN POLITIK MEDIA ON LINE VS MEDIA KONVENSIONAL ( refleksi pemilu legislatif 2009 )
Abstract
Pemilu tahun 2009 berbeda sistem pemilihannya dibandingkan dengan pemilu sebelumnya khususnya dalam memilih calon wakil rakyat, sehingga mau tidak mau para calon legistatif (caleg) dan calon presiden (capres) harus mempromosikan dirinya agar mampu meraup suara terbanyak untuk bisa terpilih jadi angota dewan atau menduduki jabatan presiden. Oleh karenanya maka partai politik dan elit partai serta para kandidat calon legistatif harus melakukan promosi untuk mendongkrak popularitasnya untuk menjaring pemilih dan dukungan. Fenomena yang terjadi kemudian maka euforia iklan politik dan kampanye besar-besaran terjadi baik melalui media massa maupun pengumpulan massa dalam bentuk rapat besar dan sosialisasi program. Namun pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah penggunaan media kampanye tersebut cukup handal dan ampuh untuk menarik kognitif, afektif dan konasi masyarakat agar memilih mereka (partai dan calegnya) ? Adalah benar bahwa masing-masing media iklan memiliki kekuatan dan kelemahan baik media lini atas maupun media lini bawah. Jika ditinjau dari media lini atas yaitu televisi maka media televisi mampu menyampaikan pesan yang bisa sampai hampir ke seluruh lapisan masyarakat . Media kampanye lain yaitu media cetak adalah mampu menawarkan pilihan detail visi, misi dan program partai plus caleg untuk bisa diperhatikan dengan seksama oleh masyarakat. Media yang memiliki kemampuan dalam repitisi dan promosi perkenalan diri serta menimbulkan brand awarness masyarakat adalah media outdoor baik itu dalam bentuk spanduk, poster, banner maupun billbboard. Bila di analisis secara menyeluruh semua media iklan kampanye di atas tidak bisa digunakan untuk mengukur dan mengetahui berapa dukungan dari orang atau masyarakat sekitar yang akan mendukung mereka baik partai ataupun para caleg. Alternatif yang bisa dipilih untuk keperluan tersebut adalah media internet. Para elit politik dan kandidat caleg dapat memanfaatkan fasilitas web dan membangunnya atau memanfaatkan situs jejaring sosial yang tengah populer seperti blog ataupun facebook. Menggunakan media online maka selain mampu untuk memperkenalkan diri, menyampaikan visi misi dan program serta menciptakan brand image yang modern dan global maka para caleg atau partai tadi akan mengetahui jumlah eksposure di web atau blog masing-masing. Selain itu, penggunaan web, blog dan situs jejaring sosial dapat digunakan untuk menampilkan dan menampung dukungan dari para simpatisan dan konstituen atau masyarakat umum yang tertuang dalam testimonial, wall, comment ataupun email. Dukungan personal yang diperoleh tentunya tidak sebatas mesyarakat lokal atau disekitar tempat para caleg tersebut tetapi juga menjangkau global, mereka yang di luar negeripun akan tahu dan bisa memberikan dukungan personal. Menggunakan media online sebagai media kampanye juga bisa digunakan untuk membuat polling tentang kredibilitas dan menguji fit and propher para caleg dimata masyarakat.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Akhmad danial, Iklan Politik TV, Yogyakarta, LKIS, 2009
Dan Nimmo. Komunikasi Politik. Rosda, Bandung, 1982
Gabriel Almond. The Politics of the Development Areas, 1960
Gabriel Almond and G Bingham Powell. Comparative Politics: A Developmental Approach, New Delhi, Oxford & IBH Publishing Company, 1976
Maswadi Rauf dan Mappa Nasrun (eds), Jakarta, Gramedia, 1993
Jack Plano dkk. Kamus Analisa Politik, Rajawali Jakarta 1989
Prof. Onong Uchjana Effendy, M.A. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
Prof. Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia, Jakarta, 1982.
http://www.hdn.or.id/index.php/artikel/2008/online-social-networking-sebagai-salah-s-2009
http://www.radarmojokerto.co.id/index.php
Refbacks
- There are currently no refbacks.