SINERGI HEPTAHELIX UNTUK PENGUATAN BRANDING DAN DAYA SAING PENGOLAH EMPON-EMPON DESA BANYURADEN

Authors

  • Ambar Rukmini Universitas Widya Mataram
  • Dwiyati Pujimulyani Universitas Mercu Buana Yogyakarta
  • Dyah Titin Laswati Universitas Widya Mataram
  • Kristiana Sri Utami Universitas Widya Mataram

Abstract

Kelompok Wanita Tani (KWT) Pengolah Empon-Empon di Desa Banyuraden memiliki potensi besar dalam mengembangkan produk herbal berbasis bahan lokal seperti jahe, kencur, kunyit, dan temulawak. Namun, potensi tersebut belum diimbangi dengan kemampuan branding dan pemasaran yang memadai, sehingga produk belum dikenal luas dan sulit bersaing di pasar modern. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas KWT melalui penerapan model sinergi heptahelix yang melibatkan tujuh unsur: akademisi, pelaku bisnis, pemerintah, komunitas, media, lembaga keuangan, dan masyarakat. Metode pelaksanaan meliputi analisis kebutuhan, pelatihan branding dan pemasaran digital, pendampingan legalitas produk, serta fasilitasi kerja sama multipihak. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman anggota KWT terhadap strategi promosi dan pengemasan produk. Produk yang dihasilkan kini memiliki identitas merek yang lebih kuat, kemasan yang menarik, serta akses pasar digital yang lebih luas. Selain itu, terbentuk jejaring kolaboratif antara KWT, perguruan tinggi, pelaku usaha, dan pemerintah daerah. Kegiatan ini membuktikan bahwa pendekatan heptahelix efektif dalam memperkuat kapasitas kelembagaan, meningkatkan daya saing, dan menciptakan ekosistem pemberdayaan perempuan berbasis potensi lokal secara berkelanjutan.

Kata Kunci: heptahelix, branding, daya saing, empon-empon, Banyuraden

Downloads

Published

02-12-2025