Kecemasan Komunikasi Dalam Relasi antar Etnik

Authors

  • Agung Prabowo Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
  • Siti Fatonah Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.31315/jik.v12i3.1430

Keywords:

Kecemasan komunikasi, relasi antar etnik, stereotype, ethnocentrisme

Abstract

Indonesia adalah negara yang didirikan di atas kebhinekaan. Bermacam karakter budaya, etnis, agama bahkan gologan secara bersama-sama berperan sebagai pilar bangsa ini. Kunci kokohnya negara ditentukan oleh kohesivitas dari unsur yang ada dalam pilar tersebut. Sementara relasi antar etnik merupakan persoalan yang sering mewarnai perjalanan kehidupan bangsa. Dalam konteks ini, relasi antar etnik tidak selamannya berjalan mulus. Sejarah mencatat sejumlah tragedi yang disebabkan oleh kendala relasi antar etnik. Persoalannya, apa sebenarnya yang menjadi faktor kendala dalam membangun relasi ini. Penelitian ini mencoba untuk mengenali apakah kecemasan komunikasi merupakan faktor yang menghambat terbangunnya relasi yang harmonis antar etnik di Indonesia. Interaksi antara mahasiswa Papua di Yogyakarta dengan etnik yang lain dijadikan objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket untuk mengukur tingkat kecemasan berkomunikasi mahasiswa Papua. Untuk memperdalam informasi, peneliti juga melakukan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan komunikasi bukanlah merupakan faktor penghambat interaksi mahasiswa Papua dengan kelompok etnis yang lain. Kurang sensitifnya etnis lain terhadap budaya Papua lebih dirasakan sebagai penghambat interkasi mereka. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dikti atas dukungannya terhadap penelitian ini rmelalui hibah penelitian dosen muda.

References

Asker, B. (1995). Identifying orally reticent students. Aston University: Dept of Languages & European Studies. (Online). Available: sol.aston. ac.uk/lsu/sub8ba.html [1 Jan 1998]

Bahar, S. 1995 'Ketahanan Nasional Sebagai Doktrin Dasar Nasional: Basis, Posisi, dan Dukungan Teori', dalam Menanggapi Tantangan Masa Depan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Barth, Fredrik, 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Chen, G.M. & Starosta, W. (2000) Intercultural Communication Competence: A synthesis.Communication Yearbook

DeVito, J.A. (1985). Human communication: the basic course. (3rd edn) Sydney: Harper & Row Publishers.

Francis, D. I. (1992). Why didn’t you say that? Papua New Guinean nationals’ participation in decisionmaking in a tertiaryeducationinstitution.PHDThesis. Townsville: James Cook University.

Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

McCroskey, J.C. (1982). Oral communication apprehension: a reconceptualization. Communication yearbook, 6,136170. Available: www.as.wvu. edu/%7Ejmccrosk/101.htm[26Jan1998].

McCroskey, J.C. & Richmond, V.P. (1987). Willingness to communicate. In J.C. McCroskey & J.A. Daly (Eds.), Personality and interpersonal communication. (pp.129-156). London: Sage Publications Inc.

Scott, C.R. & Rockwell, S.C. (1997). The effect of communication, writing, and technology apprehension on likelihood to use new communication technologies. Communication education, 46, 44-62.

Downloads

Published

2016-02-10

Issue

Section

Artikel